Sabtu, 18 Desember 2010

Kerugian Rp. 5,5 Trilyun: Ribuan Hektare Hutan Merapi Terbakar

Magelang, CyberNews. Letusan Gunung Merapi tak hanya menghancurkan perkampungan penduduk. Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) juga mengalami kerusakan parah akibat terjangan awan panas.
Berdasarkan kajian Balai TNGM dari total luas tanaman nasional sebesar 6.410 hektare sebanyak 2.800 hektare diantaranya rusak parah. Kerusakan terparah terjadi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman di mana hampir 1.150 hektare pohon pinus mati terkena awan panas.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi Tri Prasetyo mengatakan, kebanyakan hutan taman nasional mati akibat terbakar. Seperti terjadi di Kali Kuning di mana pohon pinus habis terbakar dan sebagian tanahnya longsor. “Untuk wilayah Kabupaten Magelang sendiri taman nasional yang rusak mencapai 800 hektare terletak di wilayah Srumbung dan Dukun. Letusan Merapi kali ini memang lebih besar dan bahkan memecahkan rekor letusan terbesar 1872,” kata Tri Prasetyo kepada Suara Merdeka CyberNews.
Menurut Tri Prasetyo ekosistem hayati, flora dan fauna di kawasan taman nasional juga ikut hilang. Kawasan taman nasional yang rusak kebanyakan berupa vegetasi pinus, hutan rimba, dan hutan penelitian.
Adapun mengenai jumlah kerugian, menurut Tri Prasteyo, pihaknya menghitung sekitar Rp 5,5 Triliun. Jumlah ini merupakan akumulasi kerugian akibat rusaknya ekosistem Merapi. Untuk merehabilitasi dan merekonstruksi kawasan itu diperkirakan akan membutuhkan waktu 40 tahun.
Tri mengatakan Balai TNGM akan menjalin kerja sama dengan sejumlah universitas seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Kementerian Kehutanan dan pihak lainnya guna menyusun blue print arah rehabilitasi Taman Nasional Gunung Merapi.
( Suara Merdeka CyberNews/http://suaramerdeka.com/30 November 2010)

Atasi Ancaman Merapi, Magelang Butuh Rp 60 Miliar

Magelang, CyberNews. Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto mengemukakan, biaya penanggulangan bahaya Merapi, terutama perbaikan jalur evakuasi, menyedot anggaran sangat banyak.
Sementara dana yang dimiliki pemda terbatas. Alokasi dana tak tersangka untuk penanggulangan bencana yang dimiliki Pemkab Magelang Rp 1,5 miliar. Karena itu diusulan bantuan kepada Kementerian Sosial Rp 60 miliar.
"Bantuan dari pemerintah pusat tersebut akan dimanfaatkan untuk membiayai tindakan antisipasi, penanganan dan penanggulangan kemungkinan erupsi Merapi," tuturnya, Minggu (24/10).
Menurut dia, Satlak PB masih terus melakukan inventarisasi kebutuhan barak dan segala keperluan terkait pengungsian. Misalnya untuk keperluan beras, telah disiapkan 130 ton.
( http://suaramerdeka.com: 24 Oktober 2010, Tuhu Prihantoro /CN27 )

Tangis Bahagia Mewarnai Kepulangan Pengungsi Merapi Magelang

Magelang - Isak tangis haru bercampur bahagia langsung pecah menjelang detik-detik kepulangan pengungsi akibat erupsi Merapi di Magelang, Jawa Tengah, Minggu (5/12/2010). Mereka pulang dari 200 shelter pengungsian Merapi di Lapangan Mancasan, Desa Gulon, Kecamatan Salam, Magelang.

Sebanyak 428 jiwa (114 KK) yang menempati pengungsian itu kini diizinkan pulang setelah status Merapi dua hari yang lalu diturunkan dari Awas menjadi Siaga oleh BPPTK.

Harapan mereka untuk kembali ke rumah masing-masing yang berada di dua kecamatan di Magelang yaitu Kecamatan Srumbung dan Kecamatan Dukun kini terkabul sudah.

“Bahagia! Harapan saya ini untuk yang terakhir kali. Semoga selamat sampai nanti-nanti dan bisa beraktivitas kembali. Insya Allah Merapi aman,” ujar Fatimah (44), warga Desa Pule, Kecamatan Dukun, Magelang, yang beradius tujuh kilometer dari puncak Merapi saat ditemui detikcom menjelang kepulangan.

Sebelum pulang, ratusan pengungsi melakukan doa bersama dan memotong tiga nasi tumpeng. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Suriyah PC NU Magelang KH Abdul Rozak,  Ketua PC GP Anshor Magelang Chabibullah dan  Wakil Ketua PW GP Anshor Jateng Ahmad Majidun.

Setelah itu ratusan pengungsi menaiki truk-truk untuk diantar kembali ke rumah mereka. Tampak wajah sedih bercampur bahagia tersirat.

Wakil Ketua GP Anshor Jateng Ahmad Majidun menyatakan, sebelum mengantar pulang para pengungsi mereka sengaja memberikan bekal mental dengan memberikan siraman rohani.

“Kami berikan mereka ceramah keagamaan supaya mereka kuat dan kembali bangkit serta menata hidup mereka setelah kembali kerumah mereka masing-masing,”tegas Ahmad Majidun.


Majidun menegaskan hal itu dilakukan terutama bagi ibu-ibu dan anak-anak yang sudah selama 40 hari sama sekali belum pulang agar tidak shock dan trauma.

Pihaknya juga melalukan pendampingan pada pengungsi yang bekerja sebagai petani salak dan sayuran yang lahannya rusak akibat Merapi.

Para pengungsi pulang ke rumahnya dengan naik armada truk. Mobil pribadi milik beberapa pengurus PC NU Magelang juga dipakai untuk mengangkut ibu hamil, manula maupun mereka yang sakit. Ada juga tiga truk untuk mengangkut barang-barang para pengungsi seperti pakaian, kebutuhan sembako dan peralatan masak mereka sehari-hari.

Sebagian pengungsi juga menunggang sepeda motor. Mereka akan memulai kehidupan yang baru yang telah hilang selama kurun waktu dua bulan lebih akibat erupsi Merapi.

(Parwito: detiknews.com, 5/12/2010)